Selasa, 21 November 2023

XI IPA 1 DAN XI IPA 4

 NAMA GURU : H.RAHMATTULLOH, S.Pd.I, M.Pd

MATA PELAJARAN : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM       

KELAS.  : XI IPA 1 DAN XI IPA 4

PERTEMUAN : KE-3

KD 

1.6      Meyakini bahwa hormat dan patuh kepada orangtua dan guru sebagai kewajiban agama

2.6      Menunjukkan perilaku hormat dan patuh kepada orangtua dan guru sebagai implementasi pemahaman Q.S. al-Isra’/17: 23 dan Hadis terkait

3.6      Menganalisis perilaku hormat dan patuh kepada orangtua dan guru

4.6      Menyajikan kaitan antara ketauhidan dalam beribadah dengan hormat dan patuh kepada orangtua dan guru sesuai dengan Q.S. al-Isra’/17: 23 dan Hadis terkait


Hormat dan patuh terhadap orang tua dan guru 

berbakti kepada orang tua kita baik ibu maupun ayah. Agama Islam mengajarkan dan mewajibkan kita sebagai anak untuk berbakti dan taat kepada ibu maupun ayah. Taat dan berbakti kepada kedua orang tua adalah sikap dan perbuatan yang terpuji.

Dalam sebuah hadis disebutkan:

Artinya : “Rida Allah terletak pada ri«a orang tua, dan murka Allah terletak pada kemurkaan orang tua.” (HR. Baihaqi).

Pertama :   Menaati segala perintah orang tua, kecuali dalam maksiat.

Kedua :   Menjaga amanah harta yang dititipkan orang tua, atau diberikan oleh orang tua.

Ketiga :  Membantu atau menolong orang tua bila mereka membutuhkan.

 

Hormat dan Patuh Kepada Guru

 

Guru adalah orang yang mengajarkan kita berbagai ilmu pengetahuan dan mendidik kita sehingga menjadi orang yang mengerti dan dewasa. Setinggi pangkat atau kedudukan seseorang, tetaplah ia seorang pelajar yang berhutang budi kepada guru yang pernah mendidiknya dahulu.

Guru adalah orang yang mengetahui ilmu (alim/ulama), dialah orang yang takut kepada Allah Swt.

Guru adalah bapak rohani bagi seorang murid, ialah yang memberikan santapan jiwa dengan ilmu, pendidikan akhlak, dan membimbingnya. Maka, menghormati guru berarti penghargaan terhadap anak-anak kita, dengan guru itulah, mereka hidup dan berkembang.

penghormatan terhadap gurunya antara lain sebagai berikut.

1.     Mereka rendah hati terhadap gurunya, meskipun ilmu sudah lebih banyak ketimbang gurunya.

2.     Mereka menaati setiap arahan serta bimbingan guru.

3.     Mereka juga senantiasa berkhidmat untuk guru-guru mereka dengan mengharapkan balasan pahala serta kemuliaan di sisi Allah Swt.

4.     Mereka memandang guru dengan perasaan penuh hormat dan ta’dim (memuliakan) serta memercayai kesempurnaan ilmunya.

 

Selasa, 14 November 2023

PENYELENGGARAAN JENAZAH KELAS XI IPA 2, 3, 5

NAMA GURU : H.RAHMATTULLOH, S.Pd.I, M.Pd

MATA PELAJARAN : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM       

KELAS.  : XI IPA 2, XI IPA 3, DAN XI IPA 5

PERTEMUAN : KE-1      

Materi Pokok Tata Cara Merawat Jenazah dalam Islam, Terdiri dari 4 Tahapan

Sub Materi :     Pelaksanaan tatacara penyelenggaraan jenazah

                         Dalil- dalil al-Qur’ãn dan hadis tentang kepedulian terhadap jenazah

                         Praktik penyelenggaraan jenazah

                         Hikmah dan manfaat tatacara penyelenggaraan jenazah

        MATERI:

        Tata cara merawat jenazah penting diketahui oleh umat Islam. Ketika seorang muslim meninggal dunia, maka muslim lainnya berkewajiban untuk mengurus jenazah sesamanya.

Dalam sebuah hadits, Nabi SAW bersabda:

"Barang siapa yang mengiringi jenazah dan turut menyolatkannya maka ia memperoleh pahala sebesar satu qirath (pahala sebesar satu gunung). Dan barang siapa yang mengiringinya sampai selesai penyelenggaraannya, ia akan memperoleh dua qirath," (HR Jamaah dan Muslim)

Salah satu rangkaian dalam merawat jenazah ialah menyalatkannya. Menurut buku Tuntunan Lengkap Mengurus Jenazah oleh Muhammad Nashiruddin al-Albani, hukum menyalatkan jenazah adalah fardhu kifayah berdasarkan perintah Rasul SAW.

Bahkan, perawatan jenazah harus dipercepat sesuai sabda Nabi Muhammad SAW.

"Bahwa ada 3 hal yang harus disegerakan; salat ketika luang, perawatan selesai atas jenazah, dan perkawinan yang kufu," (HR Bukhari)

Dalam buku Fiqih Praktis susunan Muhammad Bagir, setidaknya ada 4 perkara wajib dalam Islam ketika ada saudara muslim yang meninggal, yaitu memandikannya, mengkafaninya, menyalatinya, dan menguburkannya. Hukum keempatnya adalah fardhu kifayah.

Perlu dipahami, jika terdapat cukup orang untuk merawat jenazah namun tidak dilakukan maka masyarakat Islam yang berada di wilayah si jenazah akan berdosa.

Tata Cara Merawat Jenazah
Merujuk pada sumber yang sama dan arsip detikHikmah, berikut penjabaran terkait tata cara merawat jenazah yang terdiri atas 4 tahapan.

1. Memandikannya
Menukil buku Pedoman Tata Cara Mengurus Jenazah susunan Muhammad Sauqi, ada sejumlah ketentuan saat memandikan jenazah. Pertama-tama, jenazah harus diletakkan di tempat yang tinggi agar memudahkan air yang telah disiram ke tubuhnya.

Jenazah laki-laki hendaknya dimandikan dengan laki-laki, begitu pun dengan jenazah perempuan yang harus dimandikan oleh sesama perempuan. Setelah meletakkan jenazah di tempat tinggi, lepas pakaian jenazah dan ganti dengan kain untuk menutup auratnya.

Kemudian, bakar dupa atau taruh wewangian dalam ruangan tersebut untuk mencegah bau tak sedap yang keluar dari tubuh jenazah. Orang yang memandikan hendaknya menggunakan sarung tangan, terutama ketika menggosok badan jenazah.

Urutlah perut jenazah dengan perlahan untuk mengeluarkan kotoran-kotoran yang ada di perut, kecuali apabila si jenazah dalam kondisi hamil. Bersihkan juga lubang-lubang kotoran sambil menyiramkan air.

Setelah bersih, wudhukan jenazah seperti wudhunya orang hidup. Lalu, siram air bersih ke seluruh tubuh yang diawali dari kanan, mulai kepala hingga kaki.

Adapun, bagi orang yang meninggal dalam keadaan syahid di jalan Allah SWT seperti tewas di pertempuran atau peperangan melawan orang musyrik, bagi mereka hendaknya tidak dimandikan.

Rasulullah SAW bersabda,

"Janganlah kalian memandikan mereka, sebab setiap luka atau darah mereka akan mengeluarkan aroma wewangian misk (yakni biang minyak wangi tertentu) pada hari Kiamat kelak." (HR Ahmad)

2. Mengkafaninya
Ketentuan jumlah kafan jenazah laki-laki dan perempuan berbeda. Bagi laki-laki, kafannya berjumlah 3 lembar, sementara jenazah perempuan berjumlah 5 lembar.

Kain kafan yang dianjurkan warnanya putih, bersih dan telah diberi wewangian. Jangan menggunakan kain yang mewah atau mahal.

Cara mengkafani jenazah laki-laki ialah sebagai berikut:

Letakkan 5 tali, yakni 3 panjang dan 2 pendek. Sebanyak 3 tali panjang digunakan untuk sikut, pinggang, dan lutut, sedangkan 2 tali pendek untuk mengikat ujung kepala/pocong dan ujung kaki. Jumlah tali ini bukan wajib, artinya boleh disesuaikan.
Gelar kain ke-1 (kain pembungkus seluruh tubuh) di atas kelima utas tali tadi. Sehingga, nantinya setelah jenazah diletakkan di atasnya, kain tersebut terletak di bagian kanan jenazah.
Gelar kain ke-2 (pembungkus seluruh tubuh) di sebelah kain ke-1 selebar punggung jenazah dan ditumpangkan di atas tepi kain ke-1. Sehingga, ketika jenazah diletakkan di atasnya, kain tersebut terletak di bagian kiri badan jenazah.
Hamparkan kain ke-3 di atas kedua lembar kain yang sebelumnya, dan letakkan pada bagian pinggang sampai kaki jenazah.
Taruhlah hamparan kapas, serbuk kayu cendana, dan wewangian lain di atas susunan kain tersebut.
Kemudian, angkat jenazah dan letakkan di atas kain kafan yang telah disiapkan tadi.
Tutuplah dahi, hidung, dua telapak tangan, lutut, jari-jari kaki jenazah dengan kapas. Termasuk lubang dubur, lubang hidung, dan kedua telinga.
Mulailah membungkus jenazah dengan diawali dari kain yang ke-3 (yang paling atas atau sarungnya) lalu disusul kain ke-2 dan ke-1 secara berurutan.
Ikat bagian siku, pinggang, lutut, kaki, dan atas kepalanya dengan tali yang telah disiapkan tadi.
Sebaiknya tali pocong diikat ketika jenazah akan diberangkatkan ke pemakaman.
Sementara itu, jenazah perempuan bisa dikafani dengan ketentuan berikut:

Gelar sehelai tikar.
Letakkan 5 utas tali, yakni 3 panjang dan 2 pendek. Sebanyak 3 tali panjang digunakan untuk sikut, pinggang, dan lutut, sedangkan 2 tali pendek untuk mengikat ujung kepala/pocong dan ujung kaki.
Gelar kain ke-1 (kain pembungkus seluruh tubuh).
Gelar kain ke-2 (pembungkus seluruh tubuh) di sebelah kain ke-1.
Buatlah baju kurung tidak berjahit dengan kain ke-3. Caranya dengan mengukur panjang badan jenazah dari punggung hingga kaki, lalu ambil kain kafan 2 kali lipatnya. Lipat kain tersebut hingga menjadi 2 lapisan. Buatlah lubang pas di tengah lipatan kain, selebar kepala jenazah. Lalu, buka lipatan tersebut dan letakkan di atas kain ke-1 dan ke-2 sebelumnya.
Gelar kain ke-4 (untuk sarung) dan letakkan di bagian pinggang sampai kaki jenazah.
Buatlah celana dalam tak berjahit (seperti popok bayi) dan letakkan di atas kain ke-4 searah alat kelaminnya.
Taruhlah sedikit kain yang cukup untuk membuat kerudung di atas kain ke-3 atau baju kurung searah kepalanya.
Taruhlah hamparan kapas, serbuk kayu cendana, dan wewangian lain di atas susunan kain tersebut.
Kemudian, angkat jenazah dan letakkan di atas kain kafan yang telah disiapkan tadi.
Tutuplah dahi, hidung, dua telapak tangan, lutut, jari-jari kaki jenazah dengan kapas. Termasuk lubang dubur, lubang hidung, dan kedua telinga.
Mulailah membungkus jenazah dengan diawali dari mengenakan celana dalamnya, lalu membungkus dengan sarungnya, mengenakan kerudungnya, memasang baju kurungnya dengan memasukkan kepala jenazah pada lubang baju kurung dan menutupkan kembali baju kurung yang telah dibuka bagian depannya. Lalu, bungkus dengan kain ke-2 dan disusul kain ke-1.
Ikat bagian siku, pinggang, lutut, kaki, dan atas kepalanya dengan tali yang telah disiapkan tadi.
3. Menyalatkannya
Jenazah yang telah dikafani kemudian disalatkan dengan 4 kali takbir, tanpa rukuk dan sujud. Berikut tata caranya:

Membaca niat dalam hati
Berdiri bagi yang mampu
Takbiratul ihram dan tiga takbir lainnya dengan "Allahu Akbar"
Takbir pertama membaca Surat Al-Fatihah
Lanjut takbir kedua dan membaca shalawat kepada Nabi SAW, dianjurkan melafalkan shalawat Ibrahimiyah.
Pada takbir ketiga membaca doa khusus untuk jenazah
Takbir keempat membaca doa untuk jenazah dan kaum muslim
Ditutup dengan salam
4. Menguburkannya
Setelah memandikan, mengkafani dan menyalatkan jenazah, selanjutnya mayit dipikul untuk diantar ke tempat penguburan. Saat pengantaran, dianjurkan mempercepat langkah, boleh juga mengiringinya dengan berdzikir.

Sebelumnya, hendaklah mempersiapkan pekuburan yang telah digali untuk jenazah. Supaya setelah mayat sampai di pemakamannya, liang kubur telah siap.

Untuk menguburkan mayat dilakukan dengan memasukkannya ke dalam sebuah lubang lalu menutup kembali dengan tanah, sehingga tidak terlihat lagi jasadnya, tidak tercium baunya, juga terhindar dari binatang buas.

Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika menguburkan jenazah:

Memperdalam liang kubur sekitar dua meter dari permukaan tanah.
Kuburan berbentuk lahad, yakni bagian bawahnya dikeruk sebelah ke kiblat, dan setelah mayat dibaringkan dalam lubang, maka liang tersebut ditutupi dengan bilah papan, kemudian ditimbun dengan tanah,
Ketika memasukkan jenazah ke dalam lubang, diiringi dengan bacaan; "Bismillah wa 'ala millati Rasulillah" atau "Bismillah wa 'ala sunnati Rasulillah".
Membaringkan mayat dengan tubuh dimiringkan ke kanan dan wajah mengarah ke kiblat.
Selesainya, lubang ditimbun kembali dengan tanah. Dan bagi mereka yang hadir saat pemakaman hendaknya berdoa kepada Allah SWT dengan memohonkan ampunan bagi si jenazah atau membacakan talqin, yaitu doa yang biasa dilafalkan di atas kuburan supaya dapat menuntun ruh mayat untuk menjawab pertanyaan malaikat penjaga kubur.


Senin, 06 November 2023

KELAS XI IPA 1 DAN XI IPA 4

NAMA GURU : H.RAHMATTULLOH, S.Pd.I, M.Pd

MATA PELAJARAN : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM       

KELAS.  : XI IPA 1 DAN XI IPA 4

PERTEMUAN : KE-2       

Materi Pokok Meyakini bahwa Islam mengharuskan umatnya untuk memiliki sifat syaja’ah (berani membela kebenaran) dalam mewujudkan kejujuran                                          

     Sub Materi : Syaja’ah (berani membela kebenaran). 

                         Dalil-dalil tentang Syaja’ah (berani membela kebenaran).

                         Hikmah dan manfaat dari sifat Syaja’ah (berani membela kebenaran).

                         Makna Syaja’ah (berani membela kebenaran).

                         Ciri-ciri orang yang memiliki sifat Syaja’ah (berani membela kebenaran).


    MATERI:

 

Memahami Sifat Syaja’ah dalam Islam: Berani Jujur untuk Kebenaran

Syaja’ah adalah – Sebagai umat muslim, tentu kita tahu bahwa Agama Islam mengajarkan kepada umatnya tentang berbagai macam sifat atau akhlak baik ataupun peringatan akan akhlak yang buruk. Di antaranya yaitu dengan meneladani dan mempelajari sifat-sifat yang diajarkan oleh Rasulullah SAW yang mana salah satunya yaitu sikap syaja’ah.

Lalu, apa sih sebenarnya sifat syaja’ah ini dan apa manfaatnya untuk umat Islam yang mengamalkan sifat ini dalam kehidupan sehari-hari?

Jadi, syaja’ah adalah akhlak mulia yang mengajarkan setiap umat muslim untuk berani bertindak yang didasari oleh kebenaran. Setiap muslim seharusnya mempunyai akhlak mulia yang disebut dengan syaja’ah. Terlebih lagi, sifat yang satu ini mempunyai keterkaitan dengan kejujuran.

Syaja’ah adalah kemampuan dalam menundukkan jiwa supaya selalu tegar, teguh, dan tetap bergerak maju meskipun dihadapkan dengan musuh, masalah hidup, ataupun musibah. Dengan begitu, orang-orang yang memiliki jiwa syaja’ah akan selalu menggunakan akal sehatnya dalam mengendalikan hawa nafsu supaya tidak bertindak seenaknya.

Islam sendiri memerintahkan kepada para umatnya agar tidak menjadi penakut atau pengecut. Hal tersebut karena kedua hal tersebut bisa menyebabkan kegagalan dan juga kekalahan.

Lalu, salah satu sifat yang diajarkan oleh Islam adalah berani atau syaja’ah. Kata syaja’ah ini juga mempunyai beberapa arti lain, seperti misalnya kekuatan, keberanian, kegagahan, tekun, kekuatan hati, sabar, tenang, dan juga menguasai diri. Sedangkan secara terminologi, kata syaja’ah adalah keteguhan hati dan juga keberanian tetap maju untuk menghadapi berbagai masalah hidup, musuh, hingga musibah.

Menurut buku yang berjudul Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas XI, menjelaskan bahwa syaja’ah juga memiliki makna berani dalam membela kebenaran dan berani untuk bertindak selama di jalan yang benar.

Jadi, dapat kita simpulkan bahwa keberanian ini harus dilandasi dengan kebenaran menurut syariat Islam dan tidak memihak hal yang salah. Adapun lawan dari sifat syaja’ah adalah al jubn yang artinya pengecut.

Orang-orang yang memiliki sifat pengecut ini biasanya tidak ada komitmen yang kuat dalam mengedepankan kebenaran. Sikap mereka sangat bergantung dengan hawa nafsunya. Diri seorang pengecut ini akan melunak dan mengkhianati kebenaran apabila melakukan kebenaran akan mengantarkannya pada kerugian terhadap dirinya sendiri. Misalnya saja, gentar dengan celaan manusia, takut kehilangan harta dunia, dan juga takut menghadapi risiko dari sebuah perjuangan.

Oleh karena itu, sikap pengecut ini sebenarnya lebih dekat dengan kekalahan. Orang yang memiliki sikap pengecut cenderung lebih rentan mengalami kehinaan dan juga kegagalan. Dirinya akan merasa lebih takut kepada manusia daripada takut dengan Allah SWT.

Sebaliknya, syaja’ah disini dapat menjadi jalan untuk mewujudkan kemenangan dalam keimanan. Seorang muslim tidak boleh takut dalam mengemban tugas agama apabila ingin memperoleh kegemilangan. Hati kita harus dituntun oleh keimanan, sehingga tidak akan ada rasa gentar di dalam diri.

Allah SWT sudah memerintahkan hambanya untuk berani melakukan sesuatu karena kebenaran. Allah SWT berfirman di dalam Al-Quran, yang mana artinya:

“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.” (Q.S. Ali Imran/3: 139)

Rabu, 11 Oktober 2023

KELAS XI IPA 1

NAMA GURU : H.RAHMATTULLOH, S.Pd.I, M.Pd

2. MATA PELAJARAN : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM       

3. KELAS.  : 11 IPA 2

4. PERTEMUAN : KE-4       

5. Materi Pokok : Iman kepada Kitab – Kitab Allah                                           

       Sub Materi : Kedudukan dan Fungsi Kitab – Kitab Allah

        Tujuan Pembelajaran     :                            

      Setelah mengikuti proses pembelajaran, peserta didik diharapkan dapat :

        1.  Menjelaskan makna iman kepada kitab-kitab Allah Swt. dengan benar

        2.  Menjelaskan kandungan dalil naqli tentang iman kepada kitab-kitab Allah Swt. dengan lancar

        3.   Mengidentifikasi ciri-ciri orang beriman kepada kitab-kitab Allah Swt.dengan baik

        4.   Mengidentifikasi hikmah dan manfaat beriman kepada kitab-kitab suci Allah Swt.dengan benar Pengetahuan Setelah mengikuti proses pembelajaran, peserta didik diharapkan dapat: 

  5.  Menyajikan paparan tentang makna, tanda-tanda, hikmah, dan manfaat beriman kepada kitab-kitab suci Allah Swt. 

Cara Beriman Kepada Kitab-Kitab Allah

 Hidup ini penuh dengan cara atau kiat. Kalau kamu ingin pintar caranya dengan belajar; ingin kaya caranya dengan kerja keras; ingin dihormati caranya kita harus menghormati orang; dan sebagainya.

Kalau kamu ingin beriman kepada kitab-kitab Allah, juga ada beberapa cara yang bisa kamu lakukan. Beriman kepada kitab-kitab Allah ada dua cara:

1. Beriman kepada kitab-kitab sebelum Al-Qur'an. Caranya:

  • Meyakini bahwa kitab-kitab itu benar wahyu Allah, bukan karya tulis para rasul.
  • Meyakini kebenaran isinya, selama belum diubah oleh tangan para penulis setelah wafatnya para rasul yang menerima wahyu tersebut.

2. Beriman kepada Al-Qur'an. Caranya:

  • Meyakini bahwa Al-Qur'an benar-benar wahyu Allah, bukan karangan Nabi Muhammad saw.
  • Meyakini bahwa isi Al-Qur'an dijamin kebenarannya, tanpa ada keraguan sedikitpun.
  • Mempelajari, memahami, dan menghayati isi kandungan Al-Qur'an
  • Mengamalkan ajaran Al-Qur'an dalam kehidupan sehari-hari.

Perbedaan cara beriman kepada kitab-kitab Allah selain Al-Qur'an dan kepada Al-Qur'an itu disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut:

a. Masa berlaku kitab-kitab suci sebelum Al-Qur'an telah habis.

b. Kitab-kitab sebelum Al-Qur'an terbatas pada satu umat saja, yakni umat yang hidup pada masa dan wilayah tertentu. Misalnya kitab Taurat untuk umat Nabi Musa a.s., atau kaum Bani Israil.

c. Kandungan pokok dari kitab-kitab sebelum Al-Qur'an telah termuat dalam Al-Qur'an. Oleh karena itu, jika kamu dapat mengamalkan isi kandungan Al-Qur'an secara sempurna berarti kamu juga telah mengamalkan isi pokok kitab-kitab Allah selain Al-Qur'an.


Selasa, 10 Oktober 2023

Kelas XI IPA 3

 NAMA GURU : H.RAHMATTULLOH, S.Pd.I, M.Pd

2. MATA PELAJARAN : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM       

3. KELAS.  : 11 IPA 3

4. PERTEMUAN : KE-3       

5. Materi Pokok : Iman kpd Kitab – kitab Allah                                           

       Sub Materi : Kedudukan dan Fungsi Kitab – Kitab Allah

        Tujuan Pembelajaran     :                            

      Setelah mengikuti proses pembelajaran, peserta didik diharapkan dapat :

        1.  Menjelaskan makna iman kepada kitab-kitab Allah Swt. dengan benar

        2.  Menjelaskan kandungan dalil naqli tentang iman kepada kitab-kitab Allah Swt. dengan lancar

        3.   Mengidentifikasi ciri-ciri orang beriman kepada kitab-kitab Allah Swt.dengan baik

        4.   Mengidentifikasi hikmah dan manfaat beriman kepada kitab-kitab suci Allah Swt.dengan benar Pengetahuan Setelah mengikuti proses pembelajaran, peserta didik diharapkan dapat: 

        5.  Menyajikan paparan tentang makna, tanda-tanda, hikmah, dan manfaat beriman kepada kitab-kitab suci Allah Swt. 

Nama-nama Kitab Allah SWT dan Rosul PenerimanyaKitab-kitab Allah yang wajib kita Imani ada empat yang diturunkan kepada para rosulnya, yaitu :

 

1. Kitab Taurat      

Taurat berasal dari bahasa ibrani, dalam agama adalah syariat, diturunkan kepada Nabi Musa AS, dibukit Tursina ketika Nabi Musa beribadah sebagai mana yang telah dilakukan oleh para nabi sebelumnya, sebagai pedoman dan petunjuk bagi kaum bani isroil, hal ini sesuai dengan firman Allah SWT : Artinya : Dan kami berikan kepada Musa kitab (taurat), dan kami jadikan kitab taurat itu petunjuk bagi bani isroil. (dengan firmannya) ; “janganlah kamu mengambil penolong selain aku”. (Al-qur'an, surat Al-Isro ; 2 )

Isi pokok kitab taurat dikenal dengan sepuluh hukum perintah Tuhan, baik berupa larangan dan perintah yang sesuai dengan tempat dan kondisi saat itu. Sepuluh hukum dalam kitab taurat yaitu :
a. Menjelaskan aqidah yang benar yaitu mengesakan Tuhan
b. Larangan menyebut nama Allah dengan main-main
c. Memuliakan hari sabtu
d. Menghormati kedua orang tua
e. Larangan mencuri
f. Larangan membunuh manusia
g. Larangan berbuat syieik
h. Larangan melakukan zinah
i. Larangan menjadi saksi palsu
j. Larangan memiliki keinginan atas hak orang lain

 

2. Kitab Zabur      

Kitab zabur diturunkan Nabi Daud AS. Untuk disampaikan kepada umatnya dan dijadikan pedoman hidup bagi umat yahudi. Firman Allah SWT : Artinya : Dan Tuhan-mu lebih mengetahui siapa yang (ada) di langit dan di bumi. dan Sesungguhnya Telah kami lebihkan sebagian nabi-nabi itu atas sebagian (yang lain), dan kami berikan Zabur kepada Daud (QS Al-isro ; 55 )

Kitab zabur berisi nyanyian, pujian kepada Allah atas segala rahnatnya, juga berisi dzikir, doa, nasihat dan hikmat-hikmat. Sedangkan syariatnya mengikuti syariat yang ada dalam kitab taurat. Menurut orang yahudi dan nasrani kitab zabur sekarang ada pada kitab perjanjian lama yang terdiri dari 150 pasal.

 

3.Kitab Injil      

Kitab injil diturunkan kepada nabi Isa dengan memakai bahsa suryani sebagi peyinjuk dan tuntutan bagi bani israil. Kitab injil isinya sama dengan kitab taurat, tetapi ada yang harus diralat yaitu yang tidak sesuai dengan peradaban masa itu. Dan ada penambahan isi dalam kitab injil yaitu tentang berbuat baik sesama manusia (ucapan kasih). Allah berfirman : Artinya : Dan kami mengiringkan jejak mereka (nabi-nabi bani isroil) dengan isa putera maryam, membenarkan kitab yang sebelumnya, yaitu taurat dan kami telah memberikan kepadanya kitab injil, sedang di dalamnya ada petunjuk dan cahaya (yang menyimpulkan).
(QS Al Maidah ; 46 )

 

4. Kitab Al-Qur'an      

Al-qur'an adalah kitab Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw, untuk dijadikan pedoman dan petinjuk hidup manusia agar bahagia di dunia dan akhirat. Allah berfirman : Artinya : Sesungguhya kami menurunkan berupa Al-qur'an dengan berbahas arab agar kamu memahaminya. (QS Yusuf ; 2 )

Al-Qur'an sebagai kitab suci terakhir, isinya meliputi kitab-kitab terdahulu dan melengkapi aturan-aturan yang belum ada. Pada dasarnya kitab-kitab Allah sebelum kitab Al-Qur'an diturunkan kepada Nabi Muhammad, seperti sebuah anak sungai yang mengalir menuju suatu aliran sungai besar. Kemudian dari sungan besar itu mengalir kesamudera luas. Jadi risalah Nabi Muhammad saw, mencakup seluruh aspek yang ada dalam kitab-kitab sebelumnya.

 

5. Kitab dan Sukuf      

Alah mengutus para nabi dan rosul dengan membawa pedoman bagi kehidupan manusia berupa wahyu. Wahyu Allah diturunkan kepada para nabi dan rosul. Ada yang berupa kitab ada yang berupa sukuf.
Para nabi yang menerima sukuf sebagau berikut :
1. Nabi Adam qs menerima 10 sukuf
2. Nabi Ibrahim as menerima 30 sukuf
3. Nabi Syis as menerima 50 sukuf
4. Nabi Musa as menerima 10 sukuf, sebelum diberi kitab taurat
Baca dan fahamilah firman Allah : Artinya : Sesungguhnya ini (wahyu yang diwahyukan kepada Muhammad) ada disebutkan dalam kitab-kitab yang dahulu yaitu kitab ibrahim dan musa.

 

B. Al-Qur'an sebagai Kitab Suci     

Al-qur'an merupakan mujizat terbesar yang dimiliki Nabi Muhammad saw. Yang merupakan petunjuk dan pedoman hidup bagi seluruh manusia sampai akhir zaman. Al-qur'an memiliki nama-nama yang lain yang terdapat didalam Al-qur'an diantaranya :

1. Al-qur'an bias juga disebut Adzikru artinya : Mengingat
2. Al-qur'an bias juga disebut Al furqon artinya : Pembeda
3. Al-qur'an bias juga disebut Al kitab artinya : Tulisan
4. Al-qur' suatu bias juga disebut Al Huda artinya : Petunjuk

Al-Qur'an sebagai kitab suci umat islam yang harus dipelajari dan harus diamalkan isi kandungannya. Oleh karena itu alangkah baiknya bagi seoarang muslim terlebih dahulu mengetahui kapan al-qur'an diturunkan, dan apa isi kandungan Nya serta apa keistimewaan Al-qur'an dengan kitab-kitab suci lainnya :


A. Sejarah Turunnya Al-Qur'an

Alqur'an pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad saw pada malam senin tanggal 17 ramadhan tahun 40 dari kelahiran Nabi Muhammad saw, atau tanggal 6 agustus tahun 610 M. ketika nabi sedang berkhalwat (bersemedi) di gua hiro (mekah) wahyu yang pertama turun adalah Al-qur'an ayat 1 sampai 5. baca dan fahamilah firman Allah dibawah ini : Artinya : Bacalah dengan menyebut nama Tuhan yang telah menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan tTuhanlulah yang maha pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantara kalam. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya. (QS Al-Alaq ; 1 – 5)
Al-qur'an diturunkan oleh malaikat jibril secara bertahap-angsur tidak sekaligus, kurang lebih lamanya 22 tahun 2 bulan 22 hari. Selama nabi dikota 13 tahun dan 10 tahun di madinah. Isinya terdiri dari 30 Juz, memuat 114 surat, 6666 ayat. Ayat yang diturunkan di mekah disebut ayat/surat makiyah, dan yang diturunkan waktu nabi di madinah dusebut ayat/surat madaniyah.
Ciri – ciri ayat yang diturunkan di mekah antara lain :
1. Ayatnya pendek-pendek
2. Di mulai dengan lafadh Ya Ayyuan naas
3. Isinya tentang perintah berirman kepada Allah
Ciri-ciri ayat yang diturunkan di madinah antara lain :
1. Ayatnya panjang- panjang
2. dimulai ayatnya dengan lafadh Ya Ayyuha Ladzina Aamanu
3. Isinya tentang hukum-hukum
Adapun surat dan ayat yang terakhir turun kepada nabi yaitu surat Al-maidah ayat 3. firman Allah : Artinya : Pada hari ini telah ku kumpulkan untuk kamu agamamu. Dan telah kucukupkan nikmatku. Dan kuridhoi islam itu menjadi agama bagimu. (QS Al-Maidah ; 3 )

Ayat ini turun pada haru jum'at tanggal 9 zulhijah tahun 10 H (16 maret 632 M). ketika itu nabi berusia ± 63 tahun, dalam menjalankan ibadah haji terakhir yang disebut haji wada.

 

B. Isi Kandungan Al-Qur'an

Sampai akhir zaman kandungan Al-qur'an berlaku untuk semua manusia dan untuk semua golongan. Diantaranya memuat tentang :
1. Ketauhidan (penggesaan Allah) atau disebut juga Aqidah
2. Cara-cara mengabdi kepada Allah (Fiqih)
3. Tatakrama kehidupan sehar-hari (Akhlak)
4. Mengandung Ilmu Pengetahuan
5. Kabar gembira bagi yang beriman. Dan peringatan bagi yang kafir
6. Menata soal kedamaian dalam kehidupan bermasyarakat
7. sejarah orang-orang terdahulu

 

C. Keistimewaan- keistimewaan Al-qur'an

Alqur'an sebagai kitab suci umat Islam, mempunyai kelebihan atau keistimewaan yang sangat tinggi dibandingkan dengan kitab-kitab lainnya. Diantaranya :

1. Membaca mendapat pahala
2. memegangnya harus suci dar hadas kecil dan hadas besar
3. memberi ketentraman jiwa, kebahagiaan serta pengobat hati bagi sipembacanya.
4. mengangkat drajat bagi orang-orang yang membacanya
5. merupakan mujizat terbesar sepanjang sejarah dunia
6. menyempurnakan kitab-kitab sebelumnya

D. Fungsi Iman Kepada Kitab Allah
Kitab-kitab Alah yang telah disampaikan oleh malaikat jibril kepada para Nabi Nya adalah merupakan kitab samawi, karena isi dan kata-katanya adalah firman Allah. Fungsinya kitab-kitab Allah bagi manusia antara lain :
1. Sebagai pedoman hidup manusia dan sumber hokum manusia, agar mencapai kebahagiaan dunia akhirat.
2. sebagai rahmat bagi alam semesta dan pembimbing kejalan yang lurus
3. menanamkan akhlak (akhlak) yang baik dalam jiwa manusia
4. mampu menambah ilmu pengetahuan 6. menentramkan jiwa (bathin) yang beriman kepada wahyu Allah (Al-kitab). Karena banyak hal yang tidak terjawab oleh ilmu pengetahuan dan akal fikiran manusia, namun wahyu Allah dapat menjawab persoalan-persoalan yang kita hadapi.
5. dapat mempertebal keyakinjan terhadap sang pencipta